ANALISIS CERPEN “ SEPOTONG SENJA UNTUK PACARKU” KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA
A. BIOGRAFI
Seno
Gumira Ajidarma
(lahir di Boston, Amerika Serikat,
19 Juni 1958; umur 58 tahun) [3] adalah penulis dari generasi baru di
sastra Indonesia. Beberapa buku karyanya adalah Atas Nama Malam, Wisanggeni—Sang
Buronan, Sepotong Senja untuk
Pacarku, Biola tak Berdawai,
Kitab Omong Kosong, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, dan
Negeri Senja.Dia juga terkenal
karena dia menulis tentang situasi di Timor Timur tempo dulu. Tulisannya tentang Timor
Timur dituangkan dalam trilogi buku Saksi Mata (kumpulan cerpen), Jazz, Parfum, dan Insiden (roman),
dan Ketika Jurnalisme Dibungkam,
Sastra Harus Bicara (kumpulan esai). Pada 2014, dia meluncurkan blog
bernama PanaJournal - [i][ii]www.panajournal.com
tentang human interest stories bersama sejumlah wartawan dan profesional di
bidang komunikasi. Dia menjadi seniman karena terinspirasi oleh Rendra yang
santai, bisa bicara, hura-hura, nyentrik, rambut boleh gondrong.Sampai saat ini
Seno telah menghasilkan puluhan cerpen yang dimuat di beberapa media massa.
Pada tahun 1987, Seno mendapat Sea Write Award. Berkat cerpennya Saksi Mata, Seno
memperoleh Dinny O’Hearn Prize for Literary, 1997. Kesibukan Seno sekarang adalah membaca, menulis,
memotret, jalan-jalan, selain bekerja di Pusat Dokumentasi Jakarta-Jakarta.[5] Juga
kini ia membuat komik. Baru saja ia membuat teater.
[i]
Biografi “Seno gumira” di akses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Seno_Gumira_Ajidarma
B.
SINOPSIS
Cerita pendek karya Seno gumira
ajidarma ini menceritakan sebuah
kisah percintaan antara seorang laki-laki dengan perempuan yang bernama Alina dan
laki-laki tersebut sangat merindukan Alina dengan mengirimkan surat kepada
Alina dengan memberikan sebuah senja. Ia memilih senja itu karena baginya,
kata-kata tidaklah cukup berarti untuk mewakili perasaannya dan senja itulah
yang diimpikan oleh kekasihnya itu selama ini. Lalu di suatu pantai membuatnya
ingin mengambil senja itu. Namun, usahanya mengambil senja ternyata tak semulus
yang ia kira, bahkan polisi dan masyarakat pada ribut karena kehilangan senja.
Di tengah pelariannya, ia bertemu dengan gelandangan di bawah gorong-gorong.
Gelandangan itu menyuruhnya bersembunyi agar selamat dari kejaran polisi.
Tiba-tiba ia menemukan sebuah tempat yang mirip dengan tempat dimana ia
mengambil senja tadi. Namun disana tampak sangat sepi, tak ada manusia, hewan,
apalagi keramaian. Iapun memutuskan untuk mengambil senja yang ada disana dan
menyimpan di saku yang satunya lalu kembali meninggalkan gorong-gorong. Tidak
disangka ternyata keadaan diatas sudah tak sekacau tadi, bahkan mobilnya tampak
habis dicuci. Ia juga sempat memakan pizza dan segera melajukan mobilnya. Ia
memasangkan senja yang dari gorong-gorong itu dan ternyata cocok. Sedangkan
senja yang ia dapat dari tempat pertama ia kirimkan lewat pos. Ia jadi ingat,
gorong-gorong itu pasti akan menjadi gelap karena ia telah mengambil senja itu
untuk pacarnya dan semua orang akan memperbincangkan itu kelak. Terakhir iapun
berpesan agar kekasihnya itu menjaga baik-baik senja yang ia berikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
TEMA
Dalam
cerpen “Sepotong senja untuk pacarku” ini bertema tentang sesosok laki-laki
yang merindukan kekasihnya. Ia meluapkan rasa rindu itu dengan mengirimkan
surat cinta untuk pacarnya yang bernama Alina.
Hal
tersebut kita dapat kutip dari isi cerpen tersebut :
“Alina tercinta,
Bersama surat ini kukirimkan padamu sepotong senja–dengan angin, debur ombak,
matahari terbenam, dan cahaya keemasan.”.
Dalam
cerpen ini Senja dimaksudkan yang berarti sebuah kerinduan yang amat mendalam.
Bahkan kata-kata pun tidak cukup untuk menambalkan rasa kerinduan itu.
Kita dapat mengutip dari isi cerpen tersebut :
“Kukirimkan
sepotong senja ini untukmu Alina, dalam amplop yang tertutup rapat, dari jauh,
karena aku ingin memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar kata-kata. Sudah
terlalu banyak kata di dunia ini Alina, dan kata-kata, ternyata, tidak mengubah
apa-apa. Aku tidak akan menambah kata-kata yang sudah tak terhitung jumlahnya
dalam sejarah kebudayaan manusia Alina. Untuk apa? Kata-kata tidak ada gunanya
dan selalu sia-sia. Lagi pula siapakah yang masih sudi mendengarnya? Di dunia
ini semua orang sibuk berkata-kata tanpa peduli apakah ada orang lain yang
mendengarnya. Bahkan mereka juga tidak peduli dengan kata-katanya sendiri.
Sebuah dunia yang sudah kelebihan kata-kata tanpa makna. Kata-kata sudah luber
dan tidak dibutuhkan lagi. Setiap kata bisa diganti artinya. Setiap arti bisa diubah
maknanya. Itulah dunia kita Alina”.
B. LATAR
Pada bagian cerpen ini ada menggambarkan latar waktu
yaitu Sore.
“Sore itu aku duduk seorang diri di tepi
pantai, memandang dunia yang terdiri dari waktu.”
Lalu pada cerpen ini pengarang menuliskan beberapa
latar tempat seperti : pantai,kota dan gorong-gorong.
“Sore itu aku
duduk seorang diri di tepi pantai, memandang dunia yang terdiri dari waktu.”
“Lagi pula di
kota, tidak semua orang peduli apakah senja hilang atau tidak. Di kota kehidupan
berjalan tanpa waktu, tidak peduli pagi siang sore atau malam.”
“Setelah
berjalan ke sana ke mari aku tahu kalau dunia dalam gorong-gorong ini kosong
melompong.”
C. PESAN
Pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang melalui
jalan cerita ataupun tokoh menurut saya adalah “Berjuanglah demi orang yang
kamu sayangi walau seberat apapun cobaan yang menghadang. Bahwa cinta yang
sesungguhnya memang membutuhkan pengorbanan.”
Bukti perjuangan tokoh untuk seorang kekasihnya bisa
kita kutip dari cerpen tersebut :
“Aku berjalan
terus melangkahi mereka dan coba bertahan. Betapa pun ini lebih baik daripada
harus menyerahkan senja Alina.”
D. PENOKOHAN
Dalam cerpen ini menggunakan dua orang tokoh, “Ku”
dan wanita sebagai Alina.
“Alina tercinta,
Bersama surat ini kukirimkan padamu sepotong senja–dengan angin, debur ombak,
matahari terbenam, dan cahaya keemasan.”
Lalu pengarang menggambarkan watak “Ku” ini sebagai
sosok laki-laki yang tidak mudah menyerah dan sedikit jengkel. Bukti nya kita
bisa kutip dari beberapa penggalan isi cerpen :
“Kukebut mobilku
tanpa perasaan panik. Aku sudah berniat memberikan senja itu untukmu dan hanya
untukmu saja Alina. Tak seorang pun boleh mengambilnya dariku.”
“Tapi Alina,
polisi ternyata tidak sekonyol yang kusangka. Di segenap sudut kota mereka
telah siap siaga.”
Dalam cerpen ini pengarang tidak menjelaskan sifat
atau watak dari tokoh Alina.
E. SUDUT PANDANG
Dalam cerpen ini menggunakan sudut
pandang orang ketiga, baik pengarang ataupun para pembaca, sehingga mencantum kan
namanya hanya “Ku”.
“Alina tercinta,
Bersama surat ini kukirimkan padamu sepotong senja–dengan angin, debur ombak,
matahari terbenam, dan cahaya keemasan.”
“Sore itu aku
duduk seorang diri di tepi pantai, memandang dunia yang terdiri dari waktu.”
F. ALUR
Dalam cerpen ini alur cerita tidak begitu nampak
jelas dikarenakan begitu pendeknya cakupan dari cerpen ini. Tapi saya berusaha
memahami alur dalam cerpen ini dengan menyampaikan kejadian/peristiwa pada
tahapan di cerpen tersebut.
Saya mencoba mengutip kejadian yang terjadi pada cerpen yaitu :
“Alina yang
manis, Alina yang sendu, Akan kuceritakan padamu bagaimana aku mendapatkan
senja itu untukmu. Sore itu aku duduk seorang diri di tepi pantai, memandang
dunia yang terdiri dari waktu. Memandang bagaimana ruang dan waktu bersekutu,
menjelmakan alam itu untuk mataku.”
“Dengan ini
kukirimkan pula kerinduanku padamu, dengan cium, peluk, dan bisikan terhangat,
dari sebuah tempat yang paling sunyi di dunia.”
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cerpen
“ Sepotong senja untuk pacarku” karya Seno gumira ajidarma bertema tentang
jalinan hubungan dua orang kekasih. Dimana seorang laki-laki tersebut mencoba
menambal rasa kerinduan dengan sang kekasih dengan cara mengirimkan surat,
tetapi bukan sekedar surat biasa yang ia tuliskan tetapi sebuah senja yang ia
umpakan sebagai obat rindu kepada sang kekasihnya.
Analisis yang bagus. Akan tetapi,tentang sudut pandang mungkin ada kesalahan ketik. Kalau menggunakan ku- atau aku harusnya sudut pandang orang pertama.
BalasHapusNilai kehidupannya ada di https://wayangkaku.blogspot.com/
BalasHapussetuju dengan @blasius
BalasHapus